AWAN (CLOUDS)
A. PENGERTIAN AWAN
Awan merupakan kumpulan tetes – tetes air
atau kristal es pada udara di atmosfer yang terkandung dalam udara karena
adanya kondensasi (pengembunan) uap air dalam udara.
Awan merupakan kumpulan dari tetesan air atau
Kristal es di Atmosfer yang terjadi karena uapair terlampau jenuh. Awan
terbentuk ketika uap air menjadi jenuh dan mengalami kondensasi. Penjenuhan
dapat terjadi karena penambahan air (penyatuan), tumbukan, atau
kombinasinya.Kumpulan dari uap air inilah yang dapat menyebabkan terjadinya
hujan. Adapun proses yang terdapat dalam pembentukan awan yaitu :
- Proses Epavorasi
Proses epavorasi merupakan proses penguapan air di
permukaan bentangan air atau dari suatu bahan padat yang mengandung air. Sumber
energi utamanya berasal dari matahari.
- Proses transpirasi
Proses transpirasi merupakan proses penguapan
air dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Evaporasi dan transpirasi akan menyebabkan
bertambahnya uap air di atmosfer. Siklus hidrolog imemerlukan energi panas dan
kelembaban yang cukup. Untuk mencapai keseimbangan itu harusada transfer air dan juga energi melalui arus
laut atau arus massa udara.. Setelah itu terjadi transfermassa air ke laut
melalui aliran perm.ukaan. Karena daratan menerima presipitasi lebih besar dari
evaporasi sehingga kelebihan massa air ini akan dikembalikan ke laut melalui
aliran permukaan.
Proses kondensasi merupakan proses
pengembunan yang terjadi di atmosfer. Dalam atmosfer tetes awan terbentuk
pada aerosol yang berfungsi sebagai inti kondensasi atau inti pengembunan.
Kecepatan pembentukan tetes tersebut ditentukan oleh banyaknya inti kondensasi.
Proses dimana tetes air dari fasa uap terbentuk pada inti kondensasi disebut
pengintian heterogen. Adapun pembentukan tetes air dari fasa uap dalam suatu
lingkungan murni yang memerlukan kondisi sangat jenuh (supersaturation) disebut
pengintian homogen. Pengintian homogen yaitu pembekuan pada air murni hanya
akan terjadi pada suhu dibawah -40 0C. Akan tetapi dengan keberadaan aerosol
sebagai inti kondensasi maka pembekuan dapat terjadi pada suhu hanya beberapa
derajat dibawah 0 C Inti kondensasi adalah partikel padat atau cair yang dapat
berupa debu, asap, belerang dioksida, garam laut (NaCl) atau benda mikroskopik
lainnya yang bersifat higroskopis, dengan ukuran 0,001 – 10 mikrometer. Secara singkat proses kondensasi dalam pembentukan
awan adalah sebagai berikut:
Udara yang bergerak ke
atas akan mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga kelembaban nisbinya
(RH) akan bertambah, tetapi sebelum RH mencapai 100 %, yaitu sekitar 78 %
kondensasi telah dimulai pada inti kondensasi yang lebih besar dan aktif.
Perubahan RH terjadi karena adanya penambahan uap air oleh penguapan atau
penurunan tekanan uap jenuh melalui pendinginan.
Tetes air kemudian mulai
tumbuh menjadi tetes awan pada saat RH mendekati 100 %. Karena uap air telah
digunakan oleh inti-inti yang lebih besar dan inti yang lebih kecil kurang
aktif tidak berperan maka volume tetes awan yang terbentuk jauh lebih kecil
dari jumlah inti kondensasi.
Tetes awan yang
terbentuk umumnya mempunyai jari-jari 5 – 20 mm. Tetes dengan ukuran ini akan
jatuh dengan kecepatan 0,01 – 5 cm/s sedang kecepatan aliran udara ke atas jauh
lebih besar sehingga tetes awan tersebut tidak akan jatuh ke bumi. Bahkan jika
kelembaban udara kurang dari 90 % maka tetes tersebut akan menguap. Untuk dapat
jatuh ke bumi tanpa menguap maka diperlukan suatu tetes yang lebih besar yaitu
sekitar 1 mm (1000 mikrometer), karena hanya dengan ukuran demikian tetes
tersebut dapat mengalahkan gerakan udara ke atas (Neiburger, et. al., 1995).
Jadi perbedaan antara
tetes awan dan tetes hujan adalah pada ukurannya. Jika sebuah awan tumbuh secara kontinu, maka puncak
awan akan melewati isoterm 0 C. Tetapi sebagian tetes-tetes awan masih
berbentuk cair dan sebagian lagi berbentuk padat atau kristal-kristal es jika
terdapat inti pembekuan. Jika tidak terdapat inti pembekuan, maka tetes-tetes
awan tetap berbentuk cair hingga mencapai suhu -40 C bahkan lebih rendah lagi.
Jadi, awan
terbentuk ketika udara didinginkan di bawah titik embunnya, yaitu temperatur
dimana udara menjadi jenuh (kelembaban relatif). Awan, merupakan bukti yang
terlihat akan adanya air atau uap air di dalam atmosfer. Campuran udara kering dan uap air disebut udara basah dan kebanyakan awan terbentuk
dalam proses pendinginan udara basah. Oleh
karena itu, maka proses di dalam atmosfer yang menghasilkan pendinginan udara dapat
juga menghasilkan pembentukan awan. Air laut yang mengalami penguapan atau
evaporasi akan keatas dan mengalami pengembunan atau kondensasi. Ketika awan
tersebut sudah terbentuk dan lama – kelamaan akan menjadi jenuh, maka dapat
terjadi hujan.
C. JENIS – JENIS AWAN
C.1 Berdasarkan Morfologinya
Berdasarkan
morfologi atau bentuknya, awan dapat dibedakan menjadi :
1.
Awan sirus ( cirrus )
atau awan bulu adalah awan yang tipis seperti serat / bulu, dan sering
dilihat bentuknya seperti bulu ayam atau bulu burung. Awan ini sering tersusun
seperti pita yang melengkung di langit. Awan ini merupakan awan tinggi dan biasanya terdiri dari kristal es serta tidak menimbulkan hujan.
2.
Awan stratus ( awan
berlapis ) adalah awan yang rata hampir tidak mempunyai bentuk tertentu , biasanya berwarna kelabu dan menutup langit pada daerah yang luas. Awan ini merupakan awan yang rendah.
3.
Awan kumulus ( awan
bergumpal ) adalah awan tebal dengan gerakan vertikal dengan puncaknya yang agak tinggi. Terbentuk pada
siang hari dan jika terkena sinar matahari disebelah sisinya akan timbul
bayangan yang berwarna kelabu.
C.2 Berdasarkan Ketinggiannya
Pembagian jenis awan berdasarkan ketinggiannya dapat dibedakan menjadi :
1. Awan
Tinggi.
Keluarga awan tinggi terdapat pada ketinggian 6 – 12 km. Pada kawasan tropis, awan ini terletak
pada ketinggian 6 – 18 km, pada kawasan iklim sedang terletak pada ketinggian 5
– 13 km, sedangkan di kawasan kutub terletak pada ketinggian 3 – 8 km. awan
yang tergolong ke dalam awan tinggi adalah :
a.
Awan Cirrus (Ci)
Ciri – ciri awan cirrus yaitu :
·
Berwarna
putih di siang hari serta tampak tipis.
·
Berbentuk
seperti pita yang melengkung di langit.
·
Tampak
berserabut halus.
·
Terpisah
pisah serta berserat.
·
Terdiri
atas kristal – kristal es.
·
Tidak
menimbulkan hujan.
Jadi, berdasarkan ciri-ciri tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa tipe awan ini umumnya berbentuk sederhana,
penyebarannya tidak tetap namun mudah dikenal yaitu pada saat ada sinar/cahaya
yang terang, dan tampak membentuk jalur-jalur yang rata. Cirrus dilihat pada posisi horison yaitu pada
saat matahari terbit dan terbenam maka daerah tersebut tampak cahaya berwarna
kuning terang/merah dan hampir menutup seluruh langit di atasnya. Awan cirrus
merupakan awan yang tipis seperti bulu burung dan tidak menimbulkan hujan.
b. Awan
Cirrostratus (Cs)
Ciri – ciri awan cirrostratus yaitu :
·
Bentuknya
seperti kelambu putih yang halus dan rata.
·
Berwarna
keputih – putihan.
· Awan
ini sering menimbulkan terjadinya halo
matahari (bayangan bulat yang berwarna – warni yang mengelilingi matahari).
·
Biasanya
terjadi pada musim kemarau.
·
Menyebabkan
langit menjadi cerah.
Jadi, awan cirrostratus
merupakan awan tinggi yang berbentuk seperti kelambu putih yang halus dan rata,
awan ini menyebabkan langit cerah serta awan ini sering menimbulkan terjadinya
hallo (lingkaran yang bulat) yang mengelilingi Matahari dan Bulan. Biasanya
terjadi pada musim kering.
c. Awan
Cirrocumulus (Cc)
Ciri – ciri awan cirrocumulus :
·
Bentuknya
terputus – putus dan berwarna putih.
·
Menyerupai
sisik ikan.
·
Dapat
menimbulkan bayangan.
·
Penuh
dengan kristal es.
Jadi, awan
cirrocumulus terputus-putus dan penuh dengan kristal-kristal es sehingga
bentuknya seperti segerombolan domba dan sering dapat menimbulkan bayangan.
1.
Awan Menengah
Keluarga awan menengah terdapat pada ketinggian 3-6 km,
pada kawasan tropis awan ini terletak pada ketinggian 2-8 km, pada kawasan
iklim sedang terletak pada ketinggian 2-7 km, sedangkan pada kawasan kutub
terletak di ketinggian 2-4 km. yang termasuk dalam awan menengah adalah sebagai
berikut:
a. Altocumulus, merupakan awan menengah yang
memiliki bentuk bergumpal-gumpal tebal seperti bola.
b. Altostratus, merupakan awan menengah yang
memiliki bentuk berlapis-lapis dan tebal.
a.
Awan Altocumulus (Ac)
Ciri – ciri awan altocumulus yaitu :
· Berbentuk
seperti bola yang agak tebal berwarna putih pucat dan ada bagian yang berwarna
kelabu.
·
Bergerombol
dan berdekatan.
·
Kecil –
kecil dan banyak.
·
Dapat
membentuk suatu lapisan yang seragam dan cukup luas.
·
Terdiri
atas tetes air, tetapi pada suhu yang sangat rendah dapat berupa kristal es.
Jadi, awan
altocumulus adalah awan yang berbetuk seperti bola yang agak tebal berwarna
putih pucat dan ada bagian yang berwarna kelabu, selain itu awan ini memiliki
bentuk kecil-kecil dan banyak serta bergerombol. Awan ini terdiri dari tetesan
air dan dapat menjadi kristal es.
b. Awan
Altostratus (As)
Awan
altostratus merupakan awan menengah, adapun ciri-ciri awan altostratus adalah:
·
Memiliki
bentuk berlapis-lapis, tebal, dan luas.
·
Berwarna
kelabu.
·
Dapat
menghasilkan hujan apabila cukup tebal.
· Terbentuk
pada waktu senja dan malam hari tetapi akan menghilang pada waktu matahari
terbit di pagi hari.
Jadi, awan altostratus merupakan awan yang bersifat luas dan tebal. Warna awan alto
stratus adalah kelabu, sehingga pada matahari dan bulan akan tampak terang.
Selain itu, awan ini juga dapat menghasilkan hujan apabila cukup tebal.
2.
Awan Rendah
Awan rendah merupakan awan yang memiliki
ketinggian kurang dari 2 km. adapun yang termasuk keluarga awan rendah adalah :
a.
Awan Stratocumulus
(Sc)
Ciri-ciri awan stratocumulus adalah :
· Berbentuk
seperti bola-bola, yang bawahnya adalah datar melainkan atasnya bergumpal
kecil.
·
Berwarna
putih sampai kelabu
·
Menutupi
seluruh langit
·
Tampak
seperti gelombang di lautan
·
Lapisannya
tipis serta tidak menimbulkan hujan.
Jadi, awan stratocumulus merupakan awan yang bentuknya seperti bola-bola yang sering
menutupi seluruh langit sehingga tampak seperti gelombang di lautan. Lapisan
awan ini tipis sehingga tidak menimbulkan hujan.
b.
Awan Stratus (St)
Ciri-ciri awan stratus adalah:
·
Awan
rendah yang sangat luas
·
Tingginya
dibawah 2000 m
·
Lapisannya
melebar dengan kabut
·
Strukturnya
berlapis – lapis
·
Terjadi
karena pada lapisan inverse terdapat cukup air
·
Berbentuk
lurus memanjang serta lebar
· Berbentuk
lapisan awan yang mirip dengan kabut berwarna abu-abu dengan tinggi dasar awan
yang rendah.
·
Dapat
menyebabkan terjadi hujan gerimis bila terlalu tebal.
Jadi. Awan stratus merupakan awan yang berupa lembaran-lembaran atau lapisan-lapisan
berwarna abu-abu dengan dasar yang teratur. Jika matahari masih terlihat
dari balik awan ini
maka tepi awannya akan
tampak jelas.. Untuk stratus tebal
mampu menutup sinar matahari atau bulan dan menyebabkan hujan gerimis.
c.
Awan Nimbostratus (Ns)
Ciri-ciri awan nimbostratus adalah:
·
Bentuknya
tidak menentu, dan memiliki bentuk yang datar pada bagian bawahnya.
·
Tepinya
tidak beraturan
·
Menimbulkan
hujan gerimis
·
Berwarna
putih kegelapan
·
Tersebar
luas dan berupa titik – titik
·
Tidak
menimbulkan guntur serta petir
Jadi, berdasarkan ciri-ciri diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil
adalah awan nimbostratus merupakan awan yang
pada umumnya sendirian dan dasar awannya tidak tampak, hujan terus-menerus
tetapi tanpa guntur. Awan ini bentuknya tidak menentu, tepinya
compang-camping tak beraturan. Awan ini hanya menimbulkan hujan gerimis saja.
Awan ini berwarna putih kegelapan dan penyebarannya di langit cukup luas.
3.
Awan Pertumbuhan Vertikal
Awan pada pertumbuhan vertikal merupakan
keluarga awan yang terdapat pada ketinggia antara 500 m - 1.500 meter. Awan ini
terbentuk karena adanya udara naik. Jenis-jenis awan yang termasuk dalam
golongan ini, yaitu:
a.
Awan Cumulus (Cu)
Ciri-ciri
awan cumulus adalah:
·
Tebal
dengan puncak yang agak tinggi
·
Akan
terlihat terang apabila terkena sinar matahari
·
Apabila
hanya setengah yang terkena sinar akan menimbulkan bayangan
·
Mengandung
uap air yang menyebabkan hujan
·
Bentuknya
bergumpal – gumpal dan dasarnya rata
Jadi. Awan cumulus
merupakan awan tebal dengan
puncak-puncak yang agak tinggi, terbentuk pada siang hari karena udara yang
naik. Kalau berhadapan dengan Matahari akan kelihatan terang dan apabila yang
memperoleh sinar hanya sebelah saja akan menimbulkan bayangan yang berwarna
kelabu.
b.
Awan Cumulosnimbus
Ciri-ciri awan cumulonimbus :
·
Awannya
tebal
·
Menimbulkan
hujan lebat disertai kilat dan guntur
·
Bervolume
besar
·
Puncaknya
tinggi dan melebar seperti menara
·
Biasanya
diatasnya terdapat Cirro Stratus
·
Sering
terjadi pada waktu angin rebut
·
Berwarna
gelap dan bergumpal-gumpal
Jadi, awan cumulonimbus merupakan awan
yang dapat menimbulkan hujan dengan kilat dan guntur. Awan ini bervolume besar,
posisinya rendah dengan puncak yang tinggi sebagai menara atau gunung dan
puncaknya melebar, sehingga merupakan awan tebal. Biasanya, di atas awan cumulo
nimbus terdapat awan cirro stratus. Hal ini sering terjadi pada waktu angin ribut.
FENOMENA ALAM
A. Pengertian Fenomena Alam
Fenomena alam merupakan suatu kejadian langka
yang terjadi di alam sekitar kita yang disebabkan oleh faktor alam itu sendiri
dan juga disebabkan oleh manusia.
B.
Macam-macam Fenomena Alam dan Prosesnya
B.1
Halo Matahari
Pengertian :
Halo matahari berasal dari Kata “halo” yang berasal
dari bahasa yunani berarti lingkaran cahaya seperti pelangi yang mengelilingi
Matahari atau. Itu ialah homogen kenyataan optik yang menampilkan bentuk cincin
di sekitar sumber cahaya seperti yang biasanya kita lihat pada saat bulan
purnama atau saat matahari begitu terik di siang hari. Lingkaran cincin
tersebut juga bisa terbentuk di sekitar lampu protesis dalam cuaca sangat
dingin. Hal itu terjadi ketika kristal es nan disebut debu berlian mengambang
di udara sekitarnya. Ada
berbagai macam halo, tapi umumnya halo muncul disebabkan oleh kristakl es yang
dingin dan berada 5–10 km atau 3–6 mil di lapisan atas troposfer. Fenomena ini bergantung
pada bentuk dan arah kristal es,
cahaya matahari direfleksikan dan dibiaskan oleh permukaan es yang berbentuk batangatau prisma sehingga sinar matahari menjadi terpecah kedalam beberapa
warna karena efek dispersi udara dan dipantulkan ke arah tertentu, sama seperti pada pelangi.
Proses terjadinya:
Sinar matahari yang melewati lapisan awan yang
mengandung partikel air di atmossfer lalu mengalami pembiasan oleh partikel air
tersebut. Pada musim hujan, fenomena ala mini berpotensi terbentuk karena uap
air meningkat jumlahnya di atmosfer. Pada umumnya uap air tersebut terdapat
pada awan cirrus lalu ketika pergeseran cahaya melaluinya awan cirrus akan
mereksflesikan dan merefraksikan cahaya tersebut sehingga terbentuk suatu
cincin tak berwarna disekitar matahari. Memang pada dasarnya hal ini mirip
dengan terbentuknya pelangi, tetapi hanya saja pembiasan yang membentuk pelangi
memiliki spectrum warna di dalam kristal air.
Ada juga yang menjelaskan bahwa halo terjadi pada
lapiasan troposfer. Uap air yang naik pada musim hujan meningkat jumlahnya
sehingga mencapai lapisan troposfer yakni ketinggian 10-40 km dari permukaan.
Ini menyebabkan penurunan suhu di troposfer dengan mencapai 30oC-40oC
dan uap air menjadi kristal. Ketika cahaya matahari masuk, kristal air di
troposfer memantulkannya sehingga terbentuklah lingkaran di sekitar matahari.
B.2 Gerhana Bulan
Pengertian:
Gerhana bulan merupakan suatu fenomena alam yang
melibatkan matahari dan bumi dalam prosesnya.
Proses terjadinya:
Gerhana bulan merupakan fenomena alam yang terjadi saat sebagian atau keseluruhan
penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antaramatahari dan bulan pada satu garis lurus yang
sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh
bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang
beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°[1], maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan
terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang
ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan
memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi
pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu
29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya.
Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang
menghubungkan antara Matahari dengan bumi.
Sebenarnya, pada
peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan
masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan dari sinar atau
cahaya yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada
saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah
tembaga, jingga, ataupun coklat. Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama
sekali.
Jenis-jenis gerhana
bulan:
·
Gerhana
bulan total
·
Gerhana
bulan sebagian
Pada gerhana ini, bumi tidak seluruhnya menghalangi bulan dari sinar
matahari. Sedangkan sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra. Sehingga masih ada sebagian sinar Matahari
yang sampai ke permukaan bulan.
·
Gerhana
bulan penumbra
Pada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra.
Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.
B.3 Pelangi
Pengertian:
Pelangi atau bianglala adalah.gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di
sekitar air terjun yang deras.
Proses terjadinya:
Proses dasar dari proses
terjadinya pelangi adalah pembiasan.
Cahaya dibelokkan atau lebih tepatnya, perubahan arah ketika perjalanan dari
satu medium ke lainnya. Hal ini terjadi karena cahaya bergerak dengan kecepatan
yang berbeda pada media yang berbeda. Suatu tetes hujan memiliki bentuk dan
konsistensi yang berbeda dari prisma kaca, tapi itu mempengaruhi cahaya dengan
cara yang sama. Ketika sinar matahari putih menerobos kumpulan rintik hujan
pada sudut yang cukup rendah, Anda dapat melihat warna komponen merah, oranye,
kuning, hijau, biru, nila dan ungu – sebuah pelangi. Untuk mudahnya, kita hanya
akan melihat warna merah dan ungu, warna cahaya di ujung spektrum cahaya
tampak.
Ketika cahaya putih melewati dari udara ke dalam setetes air, warna
komponen cahaya melambat ke kecepatan yang berbeda tergantung pada frekuensi
mereka. Sinar ungu berbelok pada sudut yang relatif tajam ketika memasuki tetes
air hujan itu. Pada sisi kanan dari tetesan, beberapa cahaya menembus kembali
ke udara, dan sisanya dipantulkan ke belakang. Beberapa cahaya yang dipantulkan
lewat dari sisi kiri tetesan, berbelok saat ia bergerak ke udara lagi. Dengan
cara ini, setiap tetes hujan mendispersikan sinar matahari putih menjadi warna
komponennya
B.4
Fire Rainbow (Pelangi Api)
Pengertian:
Pelangi api sebenarnya adalah awan yang
berwarna-warni. Berdasarkan keterangan NASA, awan ini terjadi karena awan yang
tersusun atas air dengan ukuran seragam. Awan ini mampu memantulkan,
membiaskan, dan mendifraksi cahaya. Proses pembentukannya mirip seperti pelangi
umumnya. Fenomena ini juga terjadi karena proses pemantulan, pembiasan, dan
difraksi cahaya matahari. Demikian juga warnanya, pelangi api juga terdiri atas
warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Proses terbentuknya:
Terbentuknya pelangi api yaitu dengan
mengubah arah dan membengkokkan cahaya dengan cara serupa sehingga hasilnya
adalah gelombang cahaya dan warna Awan ini kemudian menjadi mirip dengan
pelangi sebenarnya, yang juga terbentuk oleh difraksi atau pengubahan arah
cahaya, dan menghasilkan pola warna yang berganti-ganti dari biru, hijau,
merah, ungu, dan kembali ke biru lagi. Meski awan pelangi memiliki warna
seperti pelangi, cara penyebaran cahaya untuk menghasilkan fenomena tersebut
berbeda. Pelangi terbentuk oleh refraksi dan bayangan. Saat cahaya terefraksi,
ia dibengkokkan melalui sebuah medium dengan ketebalan berbeda, seperti air
atau prisma. Bayangan cahaya meninggalkan permukaan dengan sudut yang sama
seperti saat ia jatuh. Difraksi menyebabkan gelombang cahaya tersebar dengan
pola seperti cincin.Sama seperti objek pelangi lainnya, seperti bulu burung
merak, warna-warna berubah tergantung pada posisinya terhadap matahari dan
objek lain.Fenomena seperti ini biasanya terjadi di awan yang baru terbentuk,
dan inilah terjadi di Florida Selatan. Menurut Weather Channel, ada awan-awan
pileus yang terbentuk dengan cepat karena badai halilintar mendorong udara ke
atmosfer atas melalui lapisan lembap. Hal ini menyebabkan awan seperti asap
yang membentuk kubah di atas badai. Awan
pelangi bukanlah circumhorizontal arc, fenomena optik yang terjadi akibat
kristal es sehingga membentuk garis-garis warna paralel dengan cakrawala. Jika pelangi lebih banyak terbentuk karena proses
pemantulan dan pembiasan cahaya, pada awan pelangi api, proses difraksi
cahayalah yang lebih berperan. Pada proses difraksi (lenturan) gelombang cahaya
diubah menjadi bentuk seperti cincin. Sehingga terbentuklah fenomena langka
yang indah tersebut.
B.5 Bulan di Siang Hari
Pengertian:
Bulan merupakan satelit luar angkasa alami di bumi satu-satunya dan merupakan bulan terbesar kelima dalam Tata Surya. Bulan juga merupakan
satelit alami terbesar di Tata Surya menurut ukuran planet yang diorbitnya. Bulan dapat bersinar karena adanya pantulan
sinar dari matahari.
Proses terbentuknya:
Bulan dapat terlihat di siang hari
disebabkan oleh dua faktor, antara lain :
1.
Kecerahan bulan
Bulan merupakan satelit alami bumi
yang paling dekat letaknya dengan bumi. Di bumi sumber energi panas dan cahaya
berasal dari matahari. Walaupun letak matahari sangat jauh dengan bumi, cahaya
matahari mampu sampai ke bumi. Sehingga di bumi makhluk hidup bisa memanfaatkan
cahaya matahari sebagai sumber energi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena
bulan letaknya dekat dengan bumi, otomatis bulan juga dapat menyerap cahaya
matahari yang kemudian dipantulkan lagi ke berbagai arah sehingga bulan
terlihat bercahaya.
2.
Orbit bulan di sekitar bumi
Bulan dan bumi sama-sama melakukan
revolusi. Bumi berevolusi mengelilingi matahari selama 365 hari. Sedangkan,
bulan berevolusi mengelilingi bumi dan matahari. Selain itu, bumi juga
melakukan rotasi yaitu berputarnya bumi pada porosnya. Dalam berevolusi, bulan
mengalami perubahan fase dan bentuk. Misalnya, pada fase bulan purnama (bulan
penuh), bulan persis berada di seberang matahari. Namun, pada fase bulan baru,
bulan berada di depan matahari. Hal ini membuat bulan tidak terlihat di malam
hari, tetapi membuat bulan terlihat di siang hari.