Jumat, 23 September 2016

Jenis-jenis Awan dan Fenomena Alam

        AWAN (CLOUDS)

A.  PENGERTIAN AWAN

Awan merupakan kumpulan tetes – tetes air atau kristal es pada udara di atmosfer yang terkandung dalam udara karena adanya kondensasi (pengembunan) uap air dalam udara.


Awan merupakan kumpulan dari tetesan air atau Kristal es di Atmosfer yang terjadi karena uapair terlampau jenuh. Awan terbentuk ketika uap air menjadi jenuh dan mengalami kondensasi. Penjenuhan dapat terjadi karena penambahan air (penyatuan), tumbukan, atau kombinasinya.Kumpulan dari uap air inilah yang dapat menyebabkan terjadinya hujan. Adapun proses yang terdapat dalam pembentukan awan yaitu :
      - Proses Epavorasi     
                    Proses epavorasi merupakan proses penguapan air di permukaan bentangan air atau dari suatu bahan padat yang mengandung air. Sumber energi utamanya berasal dari matahari.
      - Proses transpirasi 
                    Proses transpirasi merupakan proses penguapan air dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Evaporasi dan transpirasi akan menyebabkan bertambahnya uap air di atmosfer. Siklus hidrolog imemerlukan energi panas dan kelembaban yang cukup. Untuk mencapai keseimbangan itu harusada transfer air dan juga energi melalui arus laut atau arus massa udara.. Setelah itu terjadi transfermassa air ke laut melalui aliran perm.ukaan. Karena daratan menerima presipitasi lebih besar dari evaporasi sehingga kelebihan massa air ini akan dikembalikan ke laut melalui aliran permukaan.
Proses kondensasi merupakan proses pengembunan yang terjadi di atmosfer. Dalam atmosfer tetes awan terbentuk pada aerosol yang berfungsi sebagai inti kondensasi atau inti pengembunan. Kecepatan pembentukan tetes tersebut ditentukan oleh banyaknya inti kondensasi. Proses dimana tetes air dari fasa uap terbentuk pada inti kondensasi disebut pengintian heterogen. Adapun pembentukan tetes air dari fasa uap dalam suatu lingkungan murni yang memerlukan kondisi sangat jenuh (supersaturation) disebut pengintian homogen. Pengintian homogen yaitu pembekuan pada air murni hanya akan terjadi pada suhu dibawah -40 0C. Akan tetapi dengan keberadaan aerosol sebagai inti kondensasi maka pembekuan dapat terjadi pada suhu hanya beberapa derajat dibawah 0 C Inti kondensasi adalah partikel padat atau cair yang dapat berupa debu, asap, belerang dioksida, garam laut (NaCl) atau benda mikroskopik lainnya yang bersifat higroskopis, dengan ukuran 0,001 – 10 mikrometer. Secara singkat proses kondensasi dalam pembentukan awan adalah sebagai berikut: 
Udara yang bergerak ke atas akan mengalami pendinginan secara adiabatik sehingga kelembaban nisbinya (RH) akan bertambah, tetapi sebelum RH mencapai 100 %, yaitu sekitar 78 % kondensasi telah dimulai pada inti kondensasi yang lebih besar dan aktif. Perubahan RH terjadi karena adanya penambahan uap air oleh penguapan atau penurunan tekanan uap jenuh melalui pendinginan.
Tetes air kemudian mulai tumbuh menjadi tetes awan pada saat RH mendekati 100 %. Karena uap air telah digunakan oleh inti-inti yang lebih besar dan inti yang lebih kecil kurang aktif tidak berperan maka volume tetes awan yang terbentuk jauh lebih kecil dari jumlah inti kondensasi.
Tetes awan yang terbentuk umumnya mempunyai jari-jari 5 – 20 mm. Tetes dengan ukuran ini akan jatuh dengan kecepatan 0,01 – 5 cm/s sedang kecepatan aliran udara ke atas jauh lebih besar sehingga tetes awan tersebut tidak akan jatuh ke bumi. Bahkan jika kelembaban udara kurang dari 90 % maka tetes tersebut akan menguap. Untuk dapat jatuh ke bumi tanpa menguap maka diperlukan suatu tetes yang lebih besar yaitu sekitar 1 mm (1000 mikrometer), karena hanya dengan ukuran demikian tetes tersebut dapat mengalahkan gerakan udara ke atas (Neiburger, et. al., 1995).
Jadi perbedaan antara tetes awan dan tetes hujan adalah pada ukurannya. Jika sebuah awan tumbuh secara kontinu, maka puncak awan akan melewati isoterm 0 C. Tetapi sebagian tetes-tetes awan masih berbentuk cair dan sebagian lagi berbentuk padat atau kristal-kristal es jika terdapat inti pembekuan. Jika tidak terdapat inti pembekuan, maka tetes-tetes awan tetap berbentuk cair hingga mencapai suhu -40 C bahkan lebih rendah lagi.
Jadi, awan terbentuk ketika udara didinginkan di bawah titik embunnya, yaitu temperatur dimana udara menjadi jenuh (kelembaban relatif). Awan, merupakan bukti yang terlihat akan adanya air atau uap air di dalam atmosfer. Campuran udara kering dan uap air disebut udara basah dan kebanyakan awan terbentuk dalam proses pendinginan udara basah. Oleh karena itu, maka proses di dalam atmosfer yang menghasilkan pendinginan udara dapat juga menghasilkan pembentukan awan. Air laut yang mengalami penguapan atau evaporasi akan keatas dan mengalami pengembunan atau kondensasi. Ketika awan tersebut sudah terbentuk dan lama – kelamaan akan menjadi jenuh, maka dapat terjadi hujan.

C. JENIS – JENIS AWAN
C.1 Berdasarkan Morfologinya
       Berdasarkan morfologi atau bentuknya, awan dapat dibedakan menjadi :
1.      Awan sirus ( cirrus ) atau awan bulu adalah awan yang tipis seperti serat / bulu, dan sering dilihat bentuknya seperti bulu ayam atau bulu burung. Awan ini sering tersusun seperti pita yang melengkung di langit. Awan ini merupakan awan tinggi dan biasanya terdiri dari kristal es serta tidak menimbulkan hujan.
2.      Awan stratus ( awan berlapis ) adalah awan yang rata hampir tidak mempunyai bentuk tertentu , biasanya berwarna kelabu dan menutup langit pada daerah yang luas. Awan ini merupakan awan yang rendah.
3.      Awan kumulus ( awan bergumpal ) adalah awan tebal dengan gerakan vertikal dengan puncaknya yang agak tinggi. Terbentuk pada siang hari dan jika terkena sinar matahari disebelah sisinya akan timbul bayangan yang berwarna kelabu.
C.2 Berdasarkan Ketinggiannya
Pembagian jenis awan berdasarkan ketinggiannya dapat dibedakan menjadi :
1.      Awan Tinggi.
Keluarga awan tinggi terdapat pada ketinggian 6 – 12 km. Pada kawasan tropis, awan ini terletak pada ketinggian 6 – 18 km, pada kawasan iklim sedang terletak pada ketinggian 5 – 13 km, sedangkan di kawasan kutub terletak pada ketinggian 3 – 8 km. awan yang tergolong ke dalam awan tinggi adalah :
a.      Awan Cirrus (Ci)

Ciri – ciri awan cirrus yaitu :
·         Berwarna putih di siang hari serta tampak tipis.
·         Berbentuk seperti pita yang melengkung di langit.
·         Tampak berserabut halus.
·         Terpisah pisah serta berserat.
·         Terdiri atas kristal – kristal es.
·         Tidak menimbulkan hujan.
Jadi, berdasarkan ciri-ciri tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tipe awan ini umumnya berbentuk sederhana, penyebarannya tidak tetap namun mudah dikenal yaitu pada saat ada sinar/cahaya yang terang, dan tampak membentuk jalur-jalur yang rata. Cirrus dilihat pada posisi horison yaitu pada saat matahari terbit dan terbenam maka daerah tersebut tampak cahaya berwarna kuning terang/merah dan hampir menutup seluruh langit di atasnya. Awan cirrus merupakan awan yang tipis seperti bulu burung dan tidak menimbulkan hujan.

b.      Awan Cirrostratus (Cs)


Ciri – ciri awan cirrostratus yaitu :
·         Bentuknya seperti kelambu putih yang halus dan rata.
·         Berwarna keputih – putihan.
·     Awan ini sering menimbulkan terjadinya halo matahari (bayangan bulat yang berwarna – warni yang mengelilingi matahari).
·         Biasanya terjadi pada musim kemarau.
·         Menyebabkan langit menjadi cerah.
      Jadi, awan cirrostratus merupakan awan tinggi yang berbentuk seperti kelambu putih yang halus dan rata, awan ini menyebabkan langit cerah serta awan ini sering menimbulkan terjadinya hallo (lingkaran yang bulat) yang mengelilingi Matahari dan Bulan. Biasanya terjadi pada musim kering.
c.       Awan Cirrocumulus (Cc)

Ciri – ciri awan cirrocumulus :
·         Bentuknya terputus – putus dan berwarna putih.
·         Menyerupai sisik ikan.
·         Dapat menimbulkan bayangan.
·         Penuh dengan kristal es.
        Jadi, awan cirrocumulus terputus-putus dan penuh dengan kristal-kristal es sehingga bentuknya seperti segerombolan domba dan sering dapat menimbulkan bayangan.

1.      Awan Menengah
Keluarga awan menengah terdapat pada ketinggian 3-6 km, pada kawasan tropis awan ini terletak pada ketinggian 2-8 km, pada kawasan iklim sedang terletak pada ketinggian 2-7 km, sedangkan pada kawasan kutub terletak di ketinggian 2-4 km. yang termasuk dalam awan menengah adalah sebagai berikut:
a.    Altocumulus, merupakan awan menengah yang memiliki bentuk bergumpal-gumpal tebal seperti bola.
b.      Altostratus, merupakan awan menengah yang memiliki bentuk berlapis-lapis dan tebal.

a.   Awan Altocumulus (Ac)

Ciri – ciri awan altocumulus yaitu :
·    Berbentuk seperti bola yang agak tebal berwarna putih pucat dan ada bagian yang berwarna kelabu.
·         Bergerombol dan berdekatan.
·         Kecil – kecil dan banyak.
·         Dapat membentuk suatu lapisan yang seragam dan cukup luas.
·         Terdiri atas tetes air, tetapi pada suhu yang sangat rendah dapat berupa kristal es.
      Jadi, awan altocumulus adalah awan yang berbetuk seperti bola yang agak tebal berwarna putih pucat dan ada bagian yang berwarna kelabu, selain itu awan ini memiliki bentuk kecil-kecil dan banyak serta bergerombol. Awan ini terdiri dari tetesan air dan dapat menjadi kristal es.
b.   Awan Altostratus (As)

      Awan altostratus merupakan awan menengah, adapun ciri-ciri awan altostratus adalah:
·         Memiliki bentuk berlapis-lapis, tebal, dan luas.
·         Berwarna kelabu.
·         Dapat menghasilkan hujan apabila cukup tebal.
·   Terbentuk pada waktu senja dan malam hari tetapi akan menghilang pada waktu matahari terbit di pagi hari.
Jadi, awan altostratus merupakan awan yang  bersifat luas dan tebal. Warna awan alto stratus adalah kelabu, sehingga pada matahari dan bulan akan tampak terang. Selain itu, awan ini juga dapat menghasilkan hujan apabila cukup tebal.
2.      Awan Rendah
Awan rendah merupakan awan yang memiliki ketinggian kurang dari 2 km. adapun yang termasuk keluarga awan rendah adalah :

a.       Awan Stratocumulus (Sc)

Ciri-ciri awan stratocumulus adalah :
·      Berbentuk seperti bola-bola, yang bawahnya adalah datar melainkan atasnya bergumpal kecil.
·         Berwarna putih sampai kelabu
·         Menutupi seluruh langit
·         Tampak seperti gelombang di lautan
·         Lapisannya tipis serta tidak menimbulkan hujan.
Jadi, awan stratocumulus merupakan awan yang bentuknya seperti bola-bola yang sering menutupi seluruh langit sehingga tampak seperti gelombang di lautan. Lapisan awan ini tipis sehingga tidak menimbulkan hujan.
b.      Awan Stratus (St)

Ciri-ciri awan stratus adalah:
·         Awan rendah yang sangat luas
·         Tingginya dibawah 2000 m
·         Lapisannya melebar dengan kabut
·         Strukturnya berlapis – lapis
·         Terjadi karena pada lapisan inverse terdapat cukup air
·         Berbentuk lurus memanjang serta lebar
·      Berbentuk lapisan awan yang mirip dengan kabut berwarna abu-abu dengan tinggi dasar awan yang rendah.
·         Dapat menyebabkan terjadi hujan gerimis bila terlalu tebal.

Jadi. Awan stratus merupakan awan yang berupa lembaran-lembaran atau lapisan-lapisan  berwarna abu-abu dengan dasar yang teratur. Jika matahari masih terlihat dari balik awan ini maka tepi awannya akan tampak jelas.. Untuk stratus tebal mampu menutup sinar matahari atau bulan dan menyebabkan hujan gerimis.
c.       Awan Nimbostratus (Ns)



Ciri-ciri awan nimbostratus adalah:
·         Bentuknya tidak menentu, dan memiliki bentuk yang datar pada bagian bawahnya.
·         Tepinya tidak beraturan
·         Menimbulkan hujan gerimis
·         Berwarna putih kegelapan
·         Tersebar luas dan berupa titik – titik
·         Tidak menimbulkan guntur serta petir
Jadi, berdasarkan ciri-ciri diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah awan nimbostratus merupakan awan yang pada umumnya sendirian dan dasar awannya tidak tampak, hujan terus-menerus tetapi tanpa guntur. Awan ini bentuknya tidak menentu, tepinya compang-camping tak beraturan. Awan ini hanya menimbulkan hujan gerimis saja. Awan ini berwarna putih kegelapan dan penyebarannya di langit cukup luas.


3.      Awan Pertumbuhan Vertikal
Awan pada pertumbuhan vertikal merupakan keluarga awan yang terdapat pada ketinggia antara 500 m - 1.500 meter. Awan ini terbentuk karena adanya udara naik. Jenis-jenis awan yang termasuk dalam golongan ini, yaitu:

a.      Awan Cumulus (Cu)

Ciri-ciri awan cumulus adalah:
·         Tebal dengan puncak yang agak tinggi
·         Akan terlihat terang apabila terkena sinar matahari
·         Apabila hanya setengah yang terkena sinar akan menimbulkan bayangan
·         Mengandung uap air yang menyebabkan hujan
·         Bentuknya bergumpal – gumpal dan dasarnya rata

Jadi. Awan cumulus merupakan awan tebal dengan puncak-puncak yang agak tinggi, terbentuk pada siang hari karena udara yang naik. Kalau berhadapan dengan Matahari akan kelihatan terang dan apabila yang memperoleh sinar hanya sebelah saja akan menimbulkan bayangan yang berwarna kelabu.
b.      Awan Cumulosnimbus



Ciri-ciri awan cumulonimbus :
·         Awannya tebal
·         Menimbulkan hujan lebat disertai kilat dan guntur
·         Bervolume besar
·         Puncaknya tinggi dan melebar seperti menara
·         Biasanya diatasnya terdapat Cirro Stratus
·         Sering terjadi pada waktu angin rebut
·         Berwarna gelap dan bergumpal-gumpal

        Jadi, awan cumulonimbus merupakan awan yang dapat menimbulkan hujan dengan kilat dan guntur. Awan ini bervolume besar, posisinya rendah dengan puncak yang tinggi sebagai menara atau gunung dan puncaknya melebar, sehingga merupakan awan tebal. Biasanya, di atas awan cumulo nimbus terdapat awan cirro stratus. Hal ini sering terjadi pada waktu angin ribut.





FENOMENA ALAM

A.  Pengertian Fenomena Alam
Fenomena alam merupakan suatu kejadian langka yang terjadi di alam sekitar kita yang disebabkan oleh faktor alam itu sendiri dan juga disebabkan oleh manusia.
B. Macam-macam Fenomena Alam dan Prosesnya
B.1 Halo Matahari

*      Pengertian :
Halo matahari berasal dari Kata “halo” yang berasal dari bahasa yunani berarti lingkaran cahaya seperti pelangi yang mengelilingi Matahari atau. Itu ialah homogen kenyataan optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya seperti yang biasanya kita lihat pada saat bulan purnama atau saat matahari begitu terik di siang hari. Lingkaran cincin tersebut juga bisa terbentuk di sekitar lampu protesis dalam cuaca sangat dingin. Hal itu terjadi ketika kristal es nan disebut debu berlian mengambang di udara sekitarnya.  Ada berbagai macam halo, tapi umumnya halo muncul disebabkan oleh kristakl es yang  dingin dan berada 5–10 km atau 3–6 mil di lapisan atas troposfer. Fenomena ini bergantung pada bentuk dan arah kristal es, cahaya matahari direfleksikan dan dibiaskan oleh permukaan es yang berbentuk batangatau prisma sehingga sinar matahari menjadi terpecah kedalam beberapa warna karena efek dispersi udara dan dipantulkan ke arah tertentu, sama seperti pada pelangi.
*      Proses terjadinya:
Sinar matahari yang melewati lapisan awan yang mengandung partikel air di atmossfer lalu mengalami pembiasan oleh partikel air tersebut. Pada musim hujan, fenomena ala mini berpotensi terbentuk karena uap air meningkat jumlahnya di atmosfer. Pada umumnya uap air tersebut terdapat pada awan cirrus lalu ketika pergeseran cahaya melaluinya awan cirrus akan mereksflesikan dan merefraksikan cahaya tersebut sehingga terbentuk suatu cincin tak berwarna disekitar matahari. Memang pada dasarnya hal ini mirip dengan terbentuknya pelangi, tetapi hanya saja pembiasan yang membentuk pelangi memiliki spectrum warna di dalam kristal air.
Ada juga yang menjelaskan bahwa halo terjadi pada lapiasan troposfer. Uap air yang naik pada musim hujan meningkat jumlahnya sehingga mencapai lapisan troposfer yakni ketinggian 10-40 km dari permukaan. Ini menyebabkan penurunan suhu di troposfer dengan mencapai 30oC-40oC dan uap air menjadi kristal. Ketika cahaya matahari masuk, kristal air di troposfer memantulkannya sehingga terbentuklah lingkaran di sekitar matahari.






B.2 Gerhana Bulan

*      Pengertian:
Gerhana bulan merupakan suatu fenomena alam yang melibatkan matahari dan bumi dalam prosesnya.
*      Proses terjadinya:
Gerhana bulan merupakan fenomena alam yang terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antaramatahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°[1], maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan bumi.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan kebanyakan dari sinar atau cahaya yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat. Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.
Jenis-jenis gerhana bulan:
·         Gerhana bulan total
Pada gerhana ini, bulan akan tepat berada pada daerah umbra.
·        Gerhana bulan sebagian
Pada gerhana ini, bumi tidak seluruhnya menghalangi bulan dari sinar matahari. Sedangkan sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra. Sehingga masih ada sebagian sinar Matahari yang sampai ke permukaan bulan.
            ·         Gerhana bulan penumbra
Pada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.


B.3 Pelangi

*      Pengertian:
Pelangi atau bianglala adalah.gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras.
*      Proses terjadinya:
Proses dasar dari proses terjadinya pelangi adalah pembiasan. Cahaya dibelokkan atau lebih tepatnya, perubahan arah ketika perjalanan dari satu medium ke lainnya. Hal ini terjadi karena cahaya bergerak dengan kecepatan yang berbeda pada media yang berbeda. Suatu tetes hujan memiliki bentuk dan konsistensi yang berbeda dari prisma kaca, tapi itu mempengaruhi cahaya dengan cara yang sama. Ketika sinar matahari putih menerobos kumpulan rintik hujan pada sudut yang cukup rendah, Anda dapat melihat warna komponen merah, oranye, kuning, hijau, biru, nila dan ungu – sebuah pelangi. Untuk mudahnya, kita hanya akan melihat warna merah dan ungu, warna cahaya di ujung spektrum cahaya tampak.
Ketika cahaya putih melewati dari udara ke dalam setetes air, warna komponen cahaya melambat ke kecepatan yang berbeda tergantung pada frekuensi mereka. Sinar ungu berbelok pada sudut yang relatif tajam ketika memasuki tetes air hujan itu. Pada sisi kanan dari tetesan, beberapa cahaya menembus kembali ke udara, dan sisanya dipantulkan ke belakang. Beberapa cahaya yang dipantulkan lewat dari sisi kiri tetesan, berbelok saat ia bergerak ke udara lagi. Dengan cara ini, setiap tetes hujan mendispersikan sinar matahari putih menjadi warna komponennya



B.4 Fire Rainbow (Pelangi Api)

*      Pengertian:
Pelangi api sebenarnya adalah awan yang berwarna-warni. Berdasarkan keterangan NASA, awan ini terjadi karena awan yang tersusun atas air dengan ukuran seragam. Awan ini mampu memantulkan, membiaskan, dan mendifraksi cahaya. Proses pembentukannya mirip seperti pelangi umumnya. Fenomena ini juga terjadi karena proses pemantulan, pembiasan, dan difraksi cahaya matahari. Demikian juga warnanya, pelangi api juga terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

*      Proses terbentuknya:
Terbentuknya pelangi api yaitu dengan mengubah arah dan membengkokkan cahaya dengan cara serupa sehingga hasilnya adalah gelombang cahaya dan warna Awan ini kemudian menjadi mirip dengan pelangi sebenarnya, yang juga terbentuk oleh difraksi atau pengubahan arah cahaya, dan menghasilkan pola warna yang berganti-ganti dari biru, hijau, merah, ungu, dan kembali ke biru lagi. Meski awan pelangi memiliki warna seperti pelangi, cara penyebaran cahaya untuk menghasilkan fenomena tersebut berbeda. Pelangi terbentuk oleh refraksi dan bayangan. Saat cahaya terefraksi, ia dibengkokkan melalui sebuah medium dengan ketebalan berbeda, seperti air atau prisma. Bayangan cahaya meninggalkan permukaan dengan sudut yang sama seperti saat ia jatuh. Difraksi menyebabkan gelombang cahaya tersebar dengan pola seperti cincin.Sama seperti objek pelangi lainnya, seperti bulu burung merak, warna-warna berubah tergantung pada posisinya terhadap matahari dan objek lain.Fenomena seperti ini biasanya terjadi di awan yang baru terbentuk, dan inilah terjadi di Florida Selatan. Menurut Weather Channel, ada awan-awan pileus yang terbentuk dengan cepat karena badai halilintar mendorong udara ke atmosfer atas melalui lapisan lembap. Hal ini menyebabkan awan seperti asap yang membentuk kubah di atas badai. Awan pelangi bukanlah circumhorizontal arc, fenomena optik yang terjadi akibat kristal es sehingga membentuk garis-garis warna paralel dengan cakrawala. Jika pelangi lebih banyak terbentuk karena proses pemantulan dan pembiasan cahaya, pada awan pelangi api, proses difraksi cahayalah yang lebih berperan. Pada proses difraksi (lenturan) gelombang cahaya diubah menjadi bentuk seperti cincin. Sehingga terbentuklah fenomena langka yang indah tersebut.





B.5 Bulan di Siang Hari

*      Pengertian:
Bulan merupakan   satelit luar angkasa alami di bumi satu-satunya dan merupakan bulan terbesar kelima dalam Tata Surya. Bulan juga merupakan satelit alami terbesar di Tata Surya menurut ukuran planet yang diorbitnya. Bulan dapat bersinar karena adanya pantulan sinar dari matahari.
Proses terbentuknya:
Bulan dapat terlihat di siang hari disebabkan oleh dua faktor, antara lain :
1.      Kecerahan bulan
Bulan merupakan satelit alami bumi yang paling dekat letaknya dengan bumi. Di bumi sumber energi panas dan cahaya berasal dari matahari. Walaupun letak matahari sangat jauh dengan bumi, cahaya matahari mampu sampai ke bumi. Sehingga di bumi makhluk hidup bisa memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi dalam memenuhi kebutuhan hidup. Karena bulan letaknya dekat dengan bumi, otomatis bulan juga dapat menyerap cahaya matahari yang kemudian dipantulkan lagi ke berbagai arah sehingga bulan terlihat bercahaya.
2.      Orbit bulan di sekitar bumi
Bulan dan bumi sama-sama melakukan revolusi. Bumi berevolusi mengelilingi matahari selama 365 hari. Sedangkan, bulan berevolusi mengelilingi bumi dan matahari. Selain itu, bumi juga melakukan rotasi yaitu berputarnya bumi pada porosnya. Dalam berevolusi, bulan mengalami perubahan fase dan bentuk. Misalnya, pada fase bulan purnama (bulan penuh), bulan persis berada di seberang matahari. Namun, pada fase bulan baru, bulan berada di depan matahari. Hal ini membuat bulan tidak terlihat di malam hari, tetapi membuat bulan terlihat di siang hari.